Jumat, 31 Januari 2014

Orang saleh dan pria pemabuk


cerita kisah Orang saleh

Pada suatu ketika, nabi Musa akan menemuiAllah di bukit Sinai. Seorang yang sangat saleh mengetahui hal tersebut dan mendatangi nabi Musa. Ia berkata, “Wahai nabi Allah, selama hidup ini saya telah berusaha menjadi orang yanga baik dengan shalat, puasa, haji dan kewajiban beragama lainnya. Saya banyak menderita karenanya, namun itu tak masalah. Saya hanya ingin tahu apa yang Allah akan berikan kepadaku nanti. Tolong tanyakan kepadaNya”

Nabi Musa menyanggupi permintaan salah satu orang saleh tersebut lalu meneruskan perjalanan menuju bukit Sinai. Di tengah perjalanan, beliau terhenti karena ada pemuda pemabuk di pinggir jalan. Pemuda itu bertanya akan kemana nabi Musa. Ketika nabi Musa menjawab akan bertemu Allah di bukit Sinai, pemabuk itu berkata:
“Aku adalah peminum, aku tidak pernah shalat, tidak puasa, atau amalan shaleh lainnya, tanyakan kepada Allah apa yang dipersiapkan untukku oleh-Nya nanti.”
Nabi Musa menyanggupi permintaan yang cukup aneh tersebut untuk menyampaikannya kepada Allah. Sekembalinya dari Sinai, ia menyampaikan jawaban Allah untuk orang saleh tersebut. Allah memberikan pahala besar dan hal yang indah-indah. Si orang saleh tersebut menanggapi biasa saja dan ia mengatakan bahwa ia telah menduga hal tersebut. Sedangkan ketika bertemu si pemabuk, nabi Musa menyampaikan bahwa pemuda itu akan diberikan tempat yang paling buruk. Ketika mendengar ucapan nabi Musa, pemabuk itu berdiri dan justru menari-nari dengan riang gembira.
Nabi Musa pun heran, kenapa pemabuk itu justru gembira, padahal ia dijanjikan tempat yang paling buruk. Beliau bertanya kepada pemabuk itu, ada apa gerangan hingga segembira itu.
“Alhamdulillah. Saya tidak peduli tempat mana yang telah Tuhan persiapkan bagiku. Aku senang karena Tuhan masih ingat kepadaku. Aku pendosa yang hina-dina. Aku dikenal Tuhan! Aku kira tidak seorang pun yang mengenalku,” jawab pemabuk itu dengan rasa bahagia yang terpancar di wajahnya.
Namun setelah beberapa waktu, nasib keduanya pun berubah, justru orang yang saleh berada di neraka dan si pemabuk berada di surga. Nabi Musa yang takjub bertanya kepada Allah, demikian jawaban Allah:
“Orang yang pertama dengan segala amal salehnya tidak layak memperoleh anugerah-Ku karena anugerah tidak dapat dibeli dengan amal saleh. Orang kedua itu membuatKu senang karena ia senang dengan apapun yang Aku berikan kepadanya. Senangnya karena pemberian-Ku menyebabkan Aku senang kepadanya”
Dari cerita diatas, ada beberap hal yang bisa kita pahami. Bukan berarti seorang yang tidak taat beribadah bisa masuk surga, sama sekali bukan itu. Namun sikap bersyukurlah yang disukai oleh Allah. Selain itu sikap berpuas diri dan menganggap diri pantas menerima anugrah dari Allah justru dapat menjerumuskan kita kepada api neraka karena sama saja memperjualbelikan amal ibadah kita dengan balasan dari Allah. Demikian dalam suatu cerita pasti terkandung hikmah bagi orang-orang yang mau berpikir. (iwan) http://ceritaislami.net

Kamis, 30 Januari 2014

Subhanallah, Anak Ajaib Ini Islamkan Ribuan Orang
















Anak Ajaib Ini Islamkan Ribuan Orang ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di lapangan, untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru lima tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki Miracle Kid of East Africa.


Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube.


Orang-orang agaknya tak sabar menanti. Mereka melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syeikh kecil yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden.

Ribuan orang yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit orang-orang Kristen yang ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga karena mereka mendengar bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik, tetapi hafal Qur’an pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung!

Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya tampak jelas dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa.

Kinilah saatnya Syeikh cilik itu memberikan taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium. 

Setelah salam, ia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka. Selain pandai menggunakan ayat Al Qur’an, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama ini.

Begitu ceramah usai, orang-orang Kristen mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristen, dan kitab-kitab terdahulu. Sang Syeikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah momen-momen hidayah. Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalamai tangan salah seorang perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.”

Syahadat agak terbata-bata. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya.

Bukan kali itu saja, orang-orang Kristen masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania, Libya, dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syeikh kecil itu masih lima tahun. [ /bb]


Video :



Senin, 27 Januari 2014

Berawal Dari Celana Dalam Wanita Ini Jadi Mualaf


Mungkin kedengaran aneh dan janggal. Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk islamnya seorang non muslim kedalam islam di sebabkan hal-hal luar biasa dan penting. Seperti dokter Miller seorang penginjil Kanada yang masuk islam setelah menjumpai I’jaz Qur’an dari berbagai segi.Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Ya, masuk islam gara-gara celana dalam!
Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris. Ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris termasuk pakaian dalam mereka.
Tidak ada sisi menarik pada wanita ini, tua renta, pegawai rendahan dan hidup sendirian. Setiap kali bertemu dia selalu membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi penuh dengan pakaian kotor. Untuk pekerjaan kasar seperti ini penghuni rumah jompo ini terbilang cekatan di usianya yang sudah terbilang uzur.Di Inggris, masyarakat yang memiliki anggota keluarga lansia biasanya cenderung memasukkan mereka ke panti jompo. Dan tentu saja keadaan miris ini harus diterima kebanyakan para orangtua dengan besar hati agar tidak membebani anak mereka. Namun di tengah kondisi seperti itu sepertinya tidak membuat kecil hati tokoh kita ini yang justeru begitu getol mengisi hari-harinya bergelut dengan cucian kotor.
Wanita baya itu lebih suka dipanggil auntie atau bibi. Dia sudah bekerja sebagai petugas laundry hampir separuh usianya. Beruntung baginya masih ada instansi yang bersedia mempekerjakan para manula.
“Aku merasa dihargai meski sudah tua. Lagipula, orang-orang seperti aku ini sudah tidak ada yang mengurus, kalau bukan diri sendiri. Anak-anakku sudah menikah dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masing. Suamiku sudah meninggal. Walaupun anak-anak suka menjenguk, tapi aku tetap ingin punya kegiatan sendiri untuk mengisi masa tua,” ujarnya
“Bukan untuk kerja yang berat memang, tapi setidaknya, selain menambah penghasilan juga mengisi hari tua. Mungkin itu lebih baik daripada harus tinggal diam di panti jompo.” Ujarnya lagi dengan wajah sendu.
“Sedih juga kalau harus tinggal sendirian. Seperti seorang temanku. Dia juga dulu bekerja sebagai petugas laundry bersamaku. Sampai akhirnya, anak perempuan satu-satunya menikah. Namun setelah menikah, anak perempuannya itu tidak pernah menghubunginya,” bibi berkisah.
Bagi sang Bibi profesinya sebagai petugas laundry justeru membuatnya lebih dekat dengan sepak terjang, liku-liku penghuni asrama yang rata-rata adalah mahasiswa dari luar Inggris. Sang Bibi paham betul kebiasaan para mahasiswa yang tinggal di asrama ini selain belajar sehari-hari, adalah pergi clubbing sekedar “having fun”. Banyak asrama memiliki bar, cafĂ©, ruang duduk untuk menonton televisi, ruang musik dan fasilitas olahraga sendiri.
Dan salah satu sisi negatif pergaulan dengan orang Inggris adalah bila mereka sudah dekat botol miras, biasalah mereka sampai benar-benar mabuk. Dan dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi. Muntah merata di sebarang tempat, kencing dalam celana dan sebagainya. Inilah perbuatan paling bodoh yang pernah dilakukan oleh manusia sejak terciptanya minuman beralkohol. Bukan saja menghilangkan akal sehat, tetapi juga si pemabuk akan merasa kelelahan dan sakit kepala yang teramat sangat (hangover).
Saat para penghuni asrama masih dibuai mimpi karena kelelahan habis clubbing semalaman suntuk. Tinggalah sang Bibi memunguti pakaian kotor itu setiap hari. Dan terkadang harus diangkut dari kamar, jauh sebelum mereka bangun dari tidur. Kemudian disortir dengan teliti satu persatu berdasarkan jenis bahan, ukuran, warna dan yang lebih spesifik lagi dipisahkankannya pakaian dalam dari yang lain. Begitu pekerjaan rutin itu dilakukan dengan penuh dedikasi tinggi walau diujung usianya yang semakin menua.
Waktu terus berjalan, sementara sang Bibi tanpa putus asa terus bergelut dengan ‘dunia kotor’nya. Idealnya di penghujung usianya itu seharusnya masa bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa muda. Namun situasilah yang menyebabkan dia harus menanggung berbagai persoalan hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di dalam kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut harus banyak berbuat. Dalam kondisi produktivitas menurun ia justru dituntut untuk berproduksi tinggi.
Entah sampai kapan dia harus melakoni pekerjaan itu. Maka sampailah suatu saat asramanya kedatangan penghuni baru yaitu beberapa mahasiswa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar dari negaranya. Mereka sudah terdaftar akan menempati salah satu kamar di asrama tempat sang Bibi bekerja.
Bagi kebanyakan pelajar timur tengah sangat langka memilih tinggal di asrama. Mereka biasanya membeli rumah atau flat yang sudah disesuaikan untuk menampung kelompok kecil siswa, pasangan atau keluarga. Ada juga beberapa pemilik tempat perorangan mengijinkan rumah-rumah mereka dikelola dan disewakan.
Tinggal di asrama merupakan cara terbaik untuk bertemu orang-orang baru dan menjalin persahabatan yang langgeng. Inilah salah satu pertimbangan mereka memilih tinggal di asrama. Kesadaran inilah yang menepis kekhawatiran akan terjadinya gegar budaya atau “cultural shock“.
Hidup dalam komunitas non muslimlah justeru kita dituntut untuk membuktikan nilai-nilai Islam yang tinggi ini sebagai sebuah solusi bagi manusia. Tentunya ini adalah pekerjaan dakwah yang merupakan tanggungjawab setiap muslim dimana saja berada. Dengan tetap menjaga keistimewaan kita sebagai muslim yaitu kesalehan.
Hari-hari terus berlalu, tampaknya si Bibi ini betul-betul perhatian dengan apa yang dicucinya. Sampai-sampai dia tahu ini pakaian si A, ini si B dan seterusya. Tidak terkecuali dengan pakaian kotor milik mahasiswa dari Timur Tengah tadi. Namun saat dilakukan sortir pakaian dalam, si Bibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaian muslim arab saja yang terlihat tidak kotor, tidak berbau, tidak kumuh dan tidak banyak noda dipakaiannya.
Kejadian langka ini semakin mendorong rasa penasaran si Bibi. Lagi-lagi pencuci pakaian di asrama ini selalu merasa aneh saat mencuci celana dalam mereka. Berbeda dengan yang lain, kedua pakaian dalam mereka selalu tak berbau.
Maka masih dalam keadaan penasaran, si Bibi memutuskan bertanya langsung dengan ‘pemilik celana dalam’ itu. Saat ditanya kenapa. Dua orang ini menjawab, ”Kami selalu istinja setiap kali kencing.” Pencuci baju ini bertanya lagi, ”Apakah itu diajarkan dalam agamamu?”
“Ya!” Jawab dua orang pelajar muslim tadi.
Merasa belum yakin 100 persen dengan jawaban itu, akhirnya si Bibi datang menemui salah seorang tokoh muslim yaitu Doktor Sholeh– Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris– Wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas perihal adanya pakaian dalam yang ‘aneh’.
Ada beberapa pakaian dalam yang tidak berbau seperti kebanyakan mahasiswa umumnya, apa sebabnya? Maka ustadz ini menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, agama kami mengajarkan bersuci setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak seperti mereka yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.
Betapa terkesan ibu tua ini jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan apatah lagi untuk hal yang besar, pikir pencuci baju itu. Dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan syahadat, masuk Islam dengan perantaraan pakaian dalam!
Tidak disangka ternyata diam-diam si tukang cuci masuk Islam, gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut, yang kebanyakan adalah non muslim. Mereka berusaha ingin tahu sebab musabab si Bibi masuk islam. Dia menjawab dengan yakin bahwa dirinya sangat kagum dengan kawan muslim Arab ini, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaiannya sajalah yang terlihat tidak macam-macam. Dan dengan hidayah Allah Swt, dirinya dapat membedakan antara pakaian seorang muslim dan non muslim.
Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk Islamnya seorang non muslim ke dalam Islam lebih disebabkan pada hal-hal luar biasa dan penting. Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Mendapat hidayah di penghujung usia gara-gara pakaian dalam!Sungguh takdir Allah benar-benar telah jatuh berketepatan dengan kegigihannya selama ini mengisi hari-hari di sisa hidupnya sebagai petugas laundry. Disinilah letak rahasia nikmat Allah yang agung yang mempertemukan antara takdirNya dan ikhtiar manusia. Sungguh Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal seorang hambaNya.

Minggu, 26 Januari 2014

Masuk Islam Gara-Gara Ayam



Masuk Islam Gara-Gara Ayam - hidayah krn ayam
peperonity.com

Masuk Islam Gara-Gara Ayam .Sesungguhnya penciptaan mahluk -










termasuk didalamnya manusia- selalu sesuai dengan kapasitas tugas dan kewajibannya. Itulah yang saya tangkap dari mutiara ceramah Bapak FX Rusharyanto di Yogya beberapa tahun yang lalu. Terus terang saja, itu untuk pertama kali saya tersedak; antara terharu, tersenyum dan termenung. 

Keterpakuan yang membuat kalimat-kalimat beliau terasa terus terngiang-ngiang ditelinga saya. "Saya mendapat hidayah dan masuk Islam", katanya "lewat mimpi".

Waktu itu, saya tak begitu respek. Entahlah, saya selalu berpendapat dangkal pada orang-orang yang masuk Islam lewat mimpi; bertemu (katanya) Rasulullah, orang berjubah putih, dan pengalaman-pengalaman supranatural lainnya. Tentu saja -menurut saya- hal ini tidak realistis. Saya pikir, saat seseorang menentukan langkahnya, haruslah berproses dalam pemikiran yang ilmiah. 

Tetangga saya masuk Islam gara-gara (katanya) mimpi bertemu Sunan Kalijaga. Hanya sebegitu saja. Bertemu thok. Boro-boro kalau sempat berkenalan atau bertukar alamat, berjabat tangan, apalagi ngobrol. Cuma bertemu sebentar. Katanya, Sunan Kalijaga mengenakan jubah warna hijau kesukaan beliau dan sedang berjalan, entah kemana. Paginya, dia masuk Islam. 

Alangkah mudahnya berganti akidah, kalau dipikir, apa korelasi antara bertemu Sunan Kalijaga dengan memeluk agama Islam? Toh zaman dulu banyak orang yang bertemu Sunan Kalijaga -malah- secara wadag. 

Beruntung saat itu dia mimpi bertemu Sunan Kalijaga. Bagaimana kalau dia bertemu Hitler... atau Syeik Siti Jenar? Wheladalah... Bagaimana kalau dia bertemu dengan Dewa Wisnu yang -walaupun kulitnya hitam arang- namun gantengnya ngudubilah setan itu? Kalau besok dia ngelindur ketemu Dewi Kwan Im, jangan-jangan trus memeluk Kong Hu Chu, atau lebih parah, menjadi pengikut Sun Go Kong. 

Kalau seseorang masuk Islam karena pergulatan pikiran, nimbang-nimbang, mencari kebenaran dst. yang akhirnya membawa pada pemahaman yang proporsional sekaligus mantap, maka -menurut saya- keIslamannya tidak perlu di sangsikan. Saya acung jempol untuk orang-orang seperti itu. 

Apa istimewanya mimpi? 
Dijadikan patokan beli nomor buntut saja masih suka ngaco, apalagi untuk urusan besar yang berkait langsung dengan akhirat. Lha kok... 
Karenanya, saya selalu memandang 'remeh' untuk orang-orang seperti ini. Tapi, saya juga tidak ngoyoworo. Contoh gampang saja, tetangga saya yang mimpi ketemu Sunan Kalijaga itu nyatanya sampai sekarang -walaupun sudah Islam- tidak sholat. Kalau sholat tarawih sih iya, grubyag-grubyug pas malam bulan Ramadhan. Mungkin karena lingsem atau bagaimana, yang jelas, hidungnya sering nampang di masjid kalau bukan Ramadhan. 

Saya tidak mengatakan bahwa agama terbebas dari hal-hal irasional semacam itu. Toh, takdir dan rezeki adalah sesuatu yang tidak bisa diterjemahkan secara letterlijk. Ruh, malaikat, jin... adalah mata pelajaran non wadag dalam kerangka kegaiban yang menjadi komponen kelengkapan iman. Tapi bukan dalam arti juga agama adalah sesuatu yang mutlak irasional. Semuanya mesti ada dimensi-dimensinya. Cuma, kok ya masih susah juga saya memaklumi orang yang masuk Islam karena bertemu orang berjubah putih dan memakai sorban. 

Kembali pada materi ceramah Ustad tadi. Singkat cerita, setibanya beliau pada kalimat yang menyatakan proses masuk Islamnya, saya langsung melengos merasa tak begitu tertarik. Seperti saya katakan tadi, apa korelasi antara mimpi bertemu Sunan Kalijaga dengan masuk Islam? 

Ooo... tapi tidak. Dalam ceramah yang saya ikuti dengan ogah-ogahan itu, ternyata akhirnya saya harus tertohok pada pengembaraan pemikiran yang menembus sisi-sisi ruhiyah saya. Dengarlah, mimpi apa yang begitu dahsyat telah mengubah kemudi seorang FX Rusharyanto ini. 

"Saya mimpi bertemu ayam," katanya. 
Ayam? Benar-benar ayam? 
Kok bukan Sunan siapa gitu atau kalau berani lebih heboh, ketemu Rasulullah. Ayam sehebat apa yang bisa membuat beliau masuk Islam? 

"Benar-benar ayam," lanjutnya. "Jangan dulu tertawa dengan mimpi saya yang aneh. Benar, ayam. Saya tidak bermimpi bertemu Rasulullah, orang berjubah putih, atau gadis cantik yang pakai jilbab." 
Lantas, apa istimewanya ayam ini? Masih mending kalau mimpinya ketemu gadis memakai kerudung seperti yang suka di pajang pada banderol jilbab. 

"Ayam ini bisa ngomong." 
Ooo... bisa ngomong, kayak film kartun dooong? Terus, apa kaitannya dengan Islam? 
"Ayam itu berkata kepada saya, 'bacalah ayat-ayat Tuhan yang ada pada lututmu'."
Entahlah, mungkin karena agak-agak seperti dongeng fabel ini, maka saya menjadi tertarik. 

"Lutut?", lanjut sang Ustadz. 
"'Tidak ada ayat apapun dalam lulut saya', begitu bantah saya pada si ayam. Lantas ayam itu melanjutkan kalimatnya, 'Tidakkah kau perhatikan perbedaan antara lutut ayam dan dan lutut manusia? Perhatikanlah wahai manusia dan bacalah. Tempurung lutut kalian diciptakan Tuhan dan diletakkan didepan, berbeda dengan lutut ayam yang diletakkan dibelakang. Itu disebabkan karena kalian tidak diperintahkan untuk mengeram. Ayam diperintahkan untuk mengeram sehingga tubuhnya disempurnakan untuk melaksanakan tugas itu.' Cukup lama saya memikirkan kalimat ayam itu sebelum kemudian saya bertanya, 'Lantas, apa yang diperintahkan pada manusia yang memiliki lutut didepan?" 

Wah, ini yang membuat saya mulai tertarik. Kenapa? 
Lantas apa jawaban si ayam? 
"Ayam itu," lanjut beliau. 
"Mengatakan, 'kepada manusia, Tuhan memerintahkan untuk rukuk dan sujud. Itulah kenapa lutut kalian diletakkan didepan, bentuk kesempurnaan penciptaan dimana susunan yang demikian adalah untuk melaksanakan perintah 

Sabtu, 25 Januari 2014

Hikmah di Balik Kisah Nabi Khidir

Hikmah di Balik Kisah Nabi Khidir
Pada era kerasulan Musa, hidup seorang nabi bernama Khidir. Asal usulnya tak jelas. Ada yang mengatakan, ia merupakan keluarga Dzulqarnain, ada pula yang mengatakan, ia keturunan bangsa Persia dan Romawi. Beberapa menyebut, Khidir merupakan nama julukan dari pria kalangan biasa bernama Balya bin Malkan.

Entah siapa Khidir tersebut, sosoknya begitu misterius. Ia pun dikisahkan dalam sebuah perjalanan Musa yang penuh hal ajaib, luar biasa, dan tentunya penuh misteri.

Suatu hari, seorang dari Bani Israil menemui Musa dan kemudian bertanya, “Wahai Nabiyullah, adakah di dunia ini orang yang lebih berilmu darimu?” ujarnya. Tersentak, Nabi Musa pun jelas menjawab, “Tidak.” Tentu saja, siapa yang mampu menandingi ilmu Musa, utusan Allah kala itu. Sumber tuntunan agama dan sumber pengetahuan wahyu Allah ada di genggaman Musa. Ia memiliki Taurat dan beragam mukjizat dari-Nya.

Namun, rupanya Allah memiliki hamba lain selain Musa yang lebih berilmu. Allah pun mewahyukan pada Musa bahwa tak seorang pun di muka bumi yang mampu menguasai semua ilmu. Tak hanya Musa, di belahan bumi lain pun terdapat seorang yang memiliki ilmu luar biasa.

Ilmu itu tak dimiliki Musa sekalipun. Orang itu juga seorang nabi. Mengetahui hal tersebut, sontak Musa pun ingin berguru pada orang tersebut. Ia bersemangat ingin menuntut ilmu dan menambah pengetahuanya.

“Ya Allah, di mana orang ini bisa saya temui? Saya ingin bertemu dengannya dan belajar darinya,” tanya Musa antusias. Nabi Musa sendiri dikenal dengan keistimewaan sebagai nabi yang bisa berbicara langsung dengan Allah tanpa perlu perantara malaikat. Allah pun menunjukkan sebuah tempat di mana Musa dapat menemui orang berilmu tersebut.

Di pertemuan antara dua lautan, demikian lokasi ahli ilmu itu. Agar lebih yakin dan tak salah mengenali orang, Musa pun meminta tanda identitas orang tersebut. Allah pun memerintahkan Musa membawa seekor ikan dalam wadah berisi air. Ikan tersebut akan menunjukkan arah di mana keberadaan sang ahli ilmu Khidir.

Berangkatlah Musa menyusuri lautan, mencari keberadaan Khidir. Ia ditemani muridnya yang terkenal setia Yusya bin Nun. Yusya lah yang membawa bejana berisi ikan yang akan menghantarkan Musa pada Khidir.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, keduanya tak juga menemukan Khidir. Meski lelah, keduanya tetap melanjutkan perjalanan. “Aku tak akan berhenti sebelum sampai ke pertemuan dua lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun,” ujar Musa pada Yusya.

Perjalanan telah jauh, tapi Khidir tak juga dijumpai. Musa pun memutuskan untuk sejenak beristirahat di sebuah batu besar di tepi sungai. Kelelahan, Musa pun tertidur. Saat Musa terlelap, Yusya melihat ikan dalam bejana tersebut meloncat keluar dari bejana ke arah sungai. Tapi, Yusya lupa mengabarkannya pada Musa. Saat Musa bangun, keduanya pun melanjutkan perjalanan tanpa ingat panduan sang ikan.

Pejalanan melelahkan keduanya hingga mereka merasa lapar. Ketika Musa menanyakan bekal untuk makan, Yusya baru teringat pada si ikan. “Saat kita istirahat di batu tadi, sungguh aku benar-benar lupa mengabarkan tentang ikan itu.

Tidaklah yang melupakanku untuk mengabarkannya padamu kecuali syaitan. Ikan itu kembali ke laut dengan cara yang aneh sekali,” ujar Yusya. Musa pun langsung mengetahui itu adalah sebuah tanda, “Itulah tempat yang kita cari,” ujar Musa bersemangat.

Lupa sudah rasa lapar tadi, keduanya pun kembali ke arah semula tempat mereka beristirahat. Sampailah mereka pada tempat yang mereka tuju dan bertemu sosok pria yang wajahnya tertutup sebagian oleh kudung. Sikapnya tegas menunjukkan kesalehannya. Pria itulah Khidir. “Bolehkah aku mengikutimu agar kau bisa mengajarkanku sebagian ilmu di antara ilmu-ilmu yang kau miliki?” ujar Musa kepada Khidir.

Apa jawab Khidir kepada Musa? “Sungguh kau tak akan sanggup untuk sabar jika bersamaku. Bagimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu,” kata Khidir.

Bukan Musa kalau langsung patah semangat dengan penolakan halus itu. “Insya Allah, kau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar. Aku tak akan menentangmu dalam urusan apa pun,’” ujarnya. Mendengar ketekadan hati Musa, Khidir pun akhirnya mengizinkan Musa mengikutinya. Tapi, dengan syarat, “Jika kau mengikutiku, jangan menanyakan suatu apa pun padaku sampai aku yang menerangkannya padamu,” kata Khidir.

Musa girang dapat mengikuti Khidir. Artinya, ia dapat menuntut ilmu dari Khidir. Pergilah Khidir dan Musa menumpang sebuah perahu. Tapi, ketika perahu itu hampir mendarat, Khidir melubangi perahu tersebut. Musa kaget, ia pun berkata, “Mengapa kau lubangi perahu ini. Kau akan membuat penumpang tenggelam. Kau telah melakukan sebuah kesalahan besar.”

Khidir hanya menjawab, “Bukankah aku telah berkata bahwa kau tak akan sabar bersamaku.” Musa pun teringat janjinya tak akan menanyakan apa pun. Ia pun menyesali ucapannya. “Jangan hukum aku atas lupaku dan jangan bebani aku dengan kesulitan urusan,” kata Musa.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang anak. Mengagetkan, Khidir kemudian membunuhnya. Musa yang sifatnya spontan langsung bereaksi. “Mengapa kau bunuh jiwa yang bersih? Dia tak membunuh orang lain. Sungguh, kau melakukan suatu yang mungkar,” protes Musa.

Lagi-lagi, Khidir hanya menjawab, “Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa kau sungguh tak akan sabar bersamaku?” Musa pun kembali teringat janjinya. Dia pun memendam rasa amarah sekaligus herannya atas kelakuan Khidir. “Jika setelah ini aku bertanya kembali padamu, jangan kau izinkan aku lagi mengikutimu. Sungguh, kau cukup memberiku uzur,” kata Musa.

Perjalanan keduanya dilanjutkan. Tibalah mereka di sebuah negeri. Tapi, tak ada satu pun penduduk negeri yang berkenan menjamu mereka. Lagi, Khidir melakukan perbuatan yang tak masuk akal bagi Musa. Kali ini khidir tidak melakukan perbuatan mungkar di negeri tersebut, ia justru memperbaiki dinding sebuah rumah yang hampir roboh. “Jika kau mau, kau dapat mengambil upah karena telah memperbaiki itu,” ujar Musa.

Lupa sudah Musa akan tekadnya untuk diam tak mengomentari ulah Khidir. Sesuai ucapan Musa, ia pun tak lagi mendapat pengecualian. Sudah tiga kali Musa mempertanyakan sikap Khidir. “Inilah perpisahanku denganmu,” kata Khidir.

Sebelum berpisah, Khidir pun menjelaskan maksud dibalik perbuatan yang Musa tak sabar atasnya. “Aku akan memberitahu tujuan perbuatanku. Perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut. Aku merusak perahu mereka karena mereka dihadapkan pada seorang raja yang merampas setiap perahu,” kata Khidir.

Betapa ilmu Khidir benar-benar luar biasa. Ilmu tersebut membuatnya sangat bijak. Bayangkan jika Khidir tak melubangi perahu itu, orang miskin tersebut akan kehilangan tak hanya perahu, tapi juga mata pencaharian mereka. Dengan perahu yang berlubang, raja lalim mana yang suka untuk mengambilnya.

Itu baru satu kisah. Kisah selanjutnya, Khidir menjelaskan, “Adapun anak itu, kedua orang tuanya merupakan Mukminin. Kami khawatir, dia akan mendorong kedua orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran. Dan, kami menghendaki supaya Rabb mengganti anak lain untuk mereka yang lebih baik, suci, dan lebih sayang pada ibu bapaknya,” ujar Khidir.

Tahulah Musa bahwa ilmu yang dimiliki Khidir benar-benar luar biasa. Ia mengetahui hal misterius dan mengambil kebijaksanaan atasnya. Kisah terakhir, “Dinding rumah itu merupakan milik dua anak yatim di negeri tersebut. Di bawahnya tersimpan harta benda simpanan sang ayah untuk keduanya. Ayahnya adalah seorang yang shalih. Rabbmu menghendaki agar mereka sampai dewasa dan mengeluarkan simpanan itu sebagai rahmat Rabbmu,” jelas Khidir.

Terjawablah semua pertanyaan Musa atas sikap Khidir. Musa pun kagum dengan ilmu yang diajarkan Allah kepada Khidir. “Tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri,” pungkas Khidir yang menunjukkan betapa dia memiliki ilmu yang luar biasa dari rahmat Allah.

Perjalanan Musa dan Khidir tersebut dikisahkan dalam Alquran surah al-Kahfi ayat 60 hingga 82. Rasulullah pun mengisahkannya dalam sebuah hadis riwayat Ubai Ibn Ka’ab yang tercantum dalam Shahih Al Bukhari. Ibnu Katsir menjelaskan kisah dengan rinci melalui hadis tersebut.

Di akhir hadis, Rasulullah bersabda, “Kami berharap, Musa dapat sabar dengan kebajikan yang mana Allah mungkin akan memberitahu kami lebih banyak tentang kisah ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada Musa,” sabda Rasulullah.

Adapun dalam al-kitab atau Injil Perjanjian Lama, tokoh Khidir tak disebut-sebut meski kisahnya terjadi di masa Bani Israil. Tapi, beberapa dari cendekiawan Bani Israil menganggap, Khidir merupakan Elia atau Ilyas. Beberapa mereka juga mengenal Khidir dengan sebutan St George. Dalam buku Mystical Dimensions of Islam karya Annemarie Schimmel, kisah Khidir termasuk di dalamnya dan disebut sebagai sosok yang kekal dan belum wafat hingga kini sebagaimana Nabi Isa.

Tapi, legenda mengenai kekalnya Khidir tersebut tampaknya hanyalah dongeng belaka. Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Manarul Munif fil Hadits-Shahih wa Dhaif menyebutkan bahwa tak ada riwayat shahih yang menyebut bahwa Khidir masih hidup.

Hikmah di Balik Kisah Nabi Khidir

Terdapat banyak hikmah dari kisah Khidir , salah satunya, yakni menuntut ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perkara wajib. Tampak dalam kisah betapa Nabi Musa sangat antusias menuntut ilmu. Bahkan, meski kedudukannya saat itu merupakan nabi ia tak segan untuk terus menuntut ilmu.

Beliau bahkan bersedia menempuh perjalanan panjang demi bertemu sang guru. Beliau yang berstatus tinggi sebagai nabi, bahkan bersedia merendahkan diri dihadapan sang guru. Alasannya, karena ilmu memiliki kedudukan tinggi dalam Islam.

Allah berfirman dalam surah al-Mujadilah ayat 11, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.” Banyak ayat yang menyatakan keutamaan ilmu dan kewajiban menuntutnya. Dalam hadis, Rasulullah pun sering mengingatkan umatnya untuk menuntut ilmu. Beliau pun menyatakan keutamaan ilmu bagi para Muslimin.

Dalam hadis riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Abud Darda menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu.

Dan, sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan, sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak.”




sumber : http://kaumberpikir.blogspot.com

Kamis, 23 Januari 2014

Nenek Georgette Lepaulle, Muallaf Tertua di Dunia


georgette-epaulle
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)

Georgette Lepaulle seorang Nenek yang tinggal di Berchem, di sebuah kota di propinsi Antwerpen, Belgia. Tahun lalu, th 2012, Nenek telah membaca dua kalimat syahadat. Bahkan, saat itu Nenek tercatat sebagai muallaf tertua di dunia (saat itu usianya 91 tahun). Nenek memutuskan untuk menjadi seorang muslimah karena tertarik dengan keramah-tamahan muslim (yang berada disekelilingnya) dan beberapa kali dia merasa bahwa Allah mengabulkan do’anya. Allohu Akbar!
Ceritanya berawal saat 2 tahun yang lalu, saat keluarga Nenek akan memasukkannya ke panti jompo. Mohammed, seorang muslim yang telah bertetangga dengannya lebih dari 40 tahun, menghalang-halangi niatan itu. Dia mengajak Nenek untuk tinggal bersama keluarganya karena keluarga Mohammed telah mengenal Nenek sejak lama. Apalagi ibu Mohammed juga sudah meninggal, dia sudah menganggap Nenek seperti ibunya sendiri. Sejak tinggal bersama keluarga Mohammed, Nenek mulai tertarik dengan Islam. Nenek melihat mereka sholat berjama’ah, saling berkasih-sayang, dan saling berbagi. Nenek melihat makna “keluarga” yang begitu indah dalam keluarga Muhammed, sangat berbeda dengan kondisi keluarganya.
Pada musim panas tahun lalu (2012), Nenek ikut dengan Muhammed untuk mengunjungi keluarganya di Maroko. Pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan puasa bagi umat Islam. Puasa bukanlah hal yang asing bagi Nenek yang (dulunya) beragama Katolik. Dia dibaptis, pergi ke biarawati di sekolah, dua kali menikah di gereja dan kedua suaminya pun telah meninggal dan dikuburkan dengan cara gereja. Selama hidup dia bekerja sebagai seorang pembantu di sebuah keluarga Yahudi. Namun dia merasa bahwa agamanya tidak pernah “menyentuh”nya. Sebaliknya, dia merasa jauh dari Tuhan. Dia mulai merokok untuk pertama kalinya saat berusia 5 tahun hingga usianya 78 tahun. Pada usia 7 tahun, dia mulai minum alkohol hingga sebelum dia masuk Islam, dia minum setengah botol wine setiap hari. Itulah kebiasaan lamanya sejak pernikahan pertamanya dengan seorang pilot Italia yang telah meninggal saat perang.
Nenek merasa keikutsertaannya saat Ramadhan tahun lalu itu membangkitkan jiwa religiusnya. Dia sendiri merasa kaget. Dia merasa sangat terlambat merasakan “pengalaman” ini, merasakan hubungan dengan sesuatu yang “lebih tinggi”, dengan Allah. Dia merasakan keterbukaan-Nya, juga cinta-Nya. Dia pernah berdo’a meminta kesembuhan untuk temannya dan untuk keselamatan seorang anak muda yang “salah jalan”. Kedua do’anya itu telah dikabulkan-Nya. Baginya, itu sudah cukup menguatkan dirinya untuk masuk islam.
Saat masuk Islam, para muslimah “membersihkan” seluruh tubuh Nenek (mungkin maksudnya adalah mandi besar sebagai salah satu hal yang diwajibkan ketika seseorang itu masuk Islam, sebagaimana dalam sebuah hadits, Dari Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu bahwa ia masuk Islam, lalu diperintah oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam agar mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 128, Nasa’I I: 109, Tirmidzi, II:58 no: 602 dan ‘Aunul Marbud II: 19 no: 351). -red). Setelah itu, para muslimah pun menghujani Nenek dengan ciuman. Menurut Nenek, ia tidak pernah mendapat ciuman yang sebanyak itu sepanjang hidupnya. Dia merasa senang karena mereka menganggapnya sebagai saudaranya. Sejak masuk Islam, banyak hal yang harus Nenek tinggalkan, seperti minuman keras , rokok, daging babi dan juga sesuatu yang tidak mudah bagi seorang wanita yakni make-up. Sebelumnya, Nenek selalu memakai make-up yang tebal.
Begitu kembali di Belgia, mereka pergi ke masjid besar di Brussels untuk mengurus Sertifikat ke-Islam-an Noor, nama baru Nenek. Kemudian masjid di Brussels melaporkannya ke masjid di Mekah. Ternyata, tidak ada muallaf yang lebih tua dari usia Nenek saat itu, yaitu 91 tahun. Segera saja Raja Saudi Arabia mengirimkan utusannya ke Berchem untuk memberikan hadiah, sebuah jam tangan emas untuk Nenek. Tidak hanya itu, Raja Saudi Arabia juga mengirimkan “undangan”  baginya untuk menjalankan ibadah Haji tahun depan.
Nenek tampak bersungguh-sungguh dengan ke-Islam-annya (semoga Allah memberi Nenek keistiqNenekhan). Komitmennya untuk menjadi muslimah yang baik terus dia upayakan, termasuk digambarkan saat wawancara ini. Saat perkenalan, dia menyembunyikan tangannya dibalik bajunya. Dia menolak untuk berjabatan tangan. Dia menyebutkan bahwa dia tidak akan mengulurkan tangannya untuk orang asing karena begitulah aturan Islam (Subhanalloh…bagaimana dengan kita? yang sudah muslim sejak lahir. Sudahkah kita memiliki komitmen seperti Nenek? faghfirlana…). Dia hanya akan “menyentuh” suaminya. Sambil becanda, dia pun mengatakan bahwa pernyataan ini tidak berarti bahwa dia merencanakan sebuah pernikahan setelah ini (setelah ia menjadi muslimah). Bahkan ketika Nenek ditanya, berapakah biaya yang harus dia keluarkan untuk menjadi seorang muslimah. Dia menjawab bahwa hal ini (ke-Islam-annya -red) tidak ada kaitannya dengan uang. Dia mengambil keputusan ini dengan sukarela.
Subhanalloh walhamdulillah walaa ilaaha illallohu Allohu Akbar!
Betapa kisah ini adalah salah satu contoh bahwa hidayah Allah bisa sampai kepada siapa pun, tidak terbatas asalnya, warna kulitnya atau usianya. Dan kita pun harus yakin bahwa Allah akan memuliakan orang yang bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain.
“Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah ”
Itulah yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib RA ketika beliau menyerahkan bendera kepadanya pada saat perang Khaibar. Kemudian Ali berkata : “Atas dasar apa kita memerangi manusia, kita memeranginya sampai mereka seperti kita?”. Rasul bersabda : Sabar, sampai engkau memasuki wilayah mereka, lalu dakwahkan mereka kepada Islam, dan sampaikan kepada mereka kewajiban-kewajibannya, maka demi Allah seseorang mendapatkan hidayah melalui engkau, hal itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merahhttp://kisahislami.com


Rabu, 22 Januari 2014

Jenis-jenis dan Golongan Jin

 Amalan menundukan makhluk halus (Jin), cara menundukan makhluk halus dan membersihkan hati

Sebelum kita membahas tentang Jin, apakah Anda sudah tahu apakah makhluk tersebut?.
Masyarakat lebih umum mengetahui, bnahwa jin adalah makhluk halus atau makhluk yang tak kasat mata. pengertian tersebut memang sudah benar, sebab kosakata “jin”, adalah berasal dari bahasa arab yang berarti “tersembunyi” atau “disembunyikan”. Syaikh al-Islam berkata: “Ia dinamakan jin karena ketertutupannya dari pandangan manusia.”

Dalam banyak cerita masyarakat dan ajaran Islam, bahwa Jin itu tinggal dalam dunia pararel bersama dengan manusia. Jin, Manusia dan malaikat adalah merupakan ketiga jenis Makhluk ciptaan Allah. Tentang asal jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas, dijelaskan dalam Al-Hijr dan Ar-Rahman,

dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr 15:27). Dalil dari hadits riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kalian.” .

Seperti halnya manusia, bangsa Jin juga memiliki dua sifat yang bertentangan, yaitu baik dan jahat. Hal ini seperti didalam Al-Quran Surah ke 72 Al-Jin ayat 11 dan 14:“Wa-annaa minnaa alshshaalihuuna waminnaa duuna dzaalika kunnaa tharaa-iqa qidadaan”
[72:11] Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda beda.Dan
“Wa-annaa minnaa almuslimuuna waminnaa alqaasithuuna faman aslama faulaa-ika taharraw rasyadaan”[72:14] Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta’at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang ta’at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

Golongan Jin

Banyak dikatakan Jika Jin ada 2 jgolongan, yaitu Jin Islam (baik)  dan Jin Kafir (jahat).  Jin juga Sama dengan manusia, jin juga memiliki kehendak bebas, dimana yang memungkinkan mereka untuk memilih jalan hidupnya (seperti mengikuti agama apapun). Kalangan bangsa jin juga ada yang menganut ateis, menyembah matahari, bahkan menyembah sesama jin, animisme, dinamisme, namun ada juga yang beragama Majusi, Yahudi, dan Nasrani. Hal ini sebagaimana layaknya manusia yang memiliki keyakinan dan aqidah yang berbeda-beda. (wikipedia – Jin)

Jin syaitani (jahat atau fasiq)

Iblis adalah Jin pertama yang menolak Perintah Allah untuk bersujud kepada Adam(manusia pertama), yang sebelumnya memiliki nama Azazil. Bersama dengan Malaikat, Azazil diperintah untuk bersujud kepada Adam oleh Allah. Namun seketika itu azazil membangkangnya, dan membuat Allah menjadi murka dan menyebutnya dengan panggilan”Iblis”.  Dengan demikian Iblis dikatakan sebagai  “bapaknya para setan”, karena ia yang pertama membangkang perintah Allah. Setan sendiri adalah istilah kata sifat yang menunjukkan kedurhakaan kepada Allah, yang bisa berlaku kepada Bangsa Jin maupun Manusia yang mengajarkan kesesatan. Pendapat ini diperkuat pada surah Al-An’am, yang terjemahannya:
“ …dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An’am :112)

Jin yang mewarisi sifat-sifat iblis merupakan jenis Jin syaitan, dimana yang akan selalu mengganggu atau menggoda manusia hingga akhir jaman. Hal ini sesuai dengan janji iblis setelah dikutuk Allah tidak akan pernah masuk surga, yaitu supaya mendapatkan teman dari golongan manusia dineraka nanti.

Menurut beberapa hadist, setan dari golongan jin tinggal dibeberapa tempat, golongan jin jahat suka tinggal ditempat yang kotor, dan ada juga yang berdiam di masjid, yang hanya mengganggu manusia ketika salat. Baca Juga: Tempat tempat yang disukai tinggal Jin

Jin Rahmani (merupakan Jin muslim)

Jin muslim masih terdiri dari banyak golongan, mazhab, atau kelompok yang berbeda-beda.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan dan diantaranya menjawab: “..jin yang shalih berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat, namun sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.”

Sifat, Bentuk atau wujud Jin

Riwayat al- Baihaqi daripada Tsa’labah al-Khasyani, sabda Rasulullah s.a.w :

“Jin itu terdiri atas tiga jenis bentuk, satu jenis (sepertiga) yang mempunyai sayap, Mereka terbang di udara. Satu jenis lagi (sepertiga lainnya) berupa ular dan anjing. Sedang satu jenis lagi (atau sepertiga lainnya lagi) adalah jin yang menempati (suatu tempat) dan berjalan (seperti manusia)”.

Jin juga diciptakan dengan 2 jenis kelamin berbeda(jantan dan betina), dan mereka juga berkembang biak. “Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku,… “(Al-Kahfi 18:50).

Jin sama dengan manusia, ia membutuhkan makan, dan tempat tinggal. Jin juga bisa merasakan takut, sakit, mati atau dibunuh, kecuali Iblis yang umurnya telah ditangguhkan hingga hari Kiamat. Kesamaan lain dengan sifat kehidupan manusia, jin juga melakukan banyak jenis pekerjaan seperti membangun, memikul beban berat dsb.

Selain tak bisa dilihat oleh pandangan mata manusia, Jin juga memiliki kemampuan diluar akal manusia, seperti bergerak dengan sangat cepat, berubah bentuk, merasuki tubuh manusia dll.

Jenis-jenis Jin :
Jin Ifrit: Ada golongan bangsa jin yang mempunyai kekuatan serta kecerdikan, yang dikenal sebagai Jin ifrit. Ini seperti yang  diterangkan dalam al-Quran, Surah an-naml : ayat 39

“Berkata ifrit (yang cerdik) dari golongan jin : Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.

al-Ghilan : Selain itu, jin yang yang bernama al-Ghilan mampu berubah ujud dengan rupa-rupa bentuk.Rujukan: Riwayat Ahmad, sabda Rasulullah s.a.w :

“Jika ada al-Ghilan yang menyamar kepada kalian (dalam bentuk apapun), maka dengungkanlah azan”.

Mukhabbilat al-jin: Mukhabbilat al-jin merupakan bangsa jin yang gila dan sering menyakiti serta mengggangu manusia dan mencelakanya. 

jin al-Hinnu : adalah kalangan bangsa jin yang lemah. Rujukan: Riwayat Ibnu Abbas r.a :“Anjing-anjing itu dari bangsa jin al-Hinnu. Mereka adalah kelompok jin yang lemah. Apabila mereka mendatangi makanan kalian, lemparkan (makanan) untuk mereka. Karena  mereka mendapatkan (makanan itu) melalui matanya”.

Begitu juga, beberapa jenis jin lain yang merupakan hewan seperti kucing dan ular. Rujukan: Riwayat at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Abu Sa’id al-khudri, sabda Rasulullah s.a.w :

” Sesungguhnya di Madinah itu banyak jin yang telah masuk Islam. Jika kamu sekalian melihat sebahagian hewan (ular) itu, maka azanilah tiga kali. Dan jika tetap menampakkan diri, maka bunuhlah ia”.

Qorin: Setiap manusia mempunyai pendamping dari kalangan Jin, yang disebut dengan Qorin. Hal ini telah disebut dalam surat Qaaf 50:27, yaitu yang menyertai. Manusia dan qarinnya itu akan bersama-sama pada hari hisab nanti. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Aisyah ra mengatakan:

Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: “Apakah kamu telah didatangi syetanmu?” “Apakah syetan bersamaku?” Jawabku, “Ya, bahkan setiap manusia.” Kata Nabi Muhammad SAW. “Termasuk engkau juga?” Tanyaku lagi. “Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya.” Jawab Nabi (HR Ahmad).

Jangan takut kepada Jin
Di antara tabiat atau sifat jin adalah merasa takut kepada manusia, kecuali jika manusia itu sangat bodoh, maka ia akan menjadi sebaliknya.

Mujahid dan Ibn Hatim berkata, “Sesunggunya jin itu sangat takut kepada manusia sebagaimana manusia juga takut kepada mereka. Demikian juga dengan syetan , yang lebih takut kepada salah seorang dari kamu (yang beriman). Karena jitu jika ia memperlihatkan dirinya kepada kamu, maka janganlah kamu takut karena berfikir jika ia lebih berkuasa daripada  kamu, tetapi bersikap keraslah kepada mereka, niscaya mereka akan pergi”.
Rasa takut dari manusia itu justru seolah-olah memberikan kekuatan, bahkan  membantu syaitan bisa menampakkan  diri dalam berbagai bentuk yang menakutkan bagi manusia. Aapalagi jika manusia itu jauh dari Allah, dengan lalai  melaksanakan syariat. Berjalan di tempat-tempat sunyi atau kuburan pada malam hari tanpa teman juga mempermudah memperoleh gangguan jin.

Sebaliknya jika jin melihat manusia memohon perlindungan kepadanya karena takut, maka mereka akan menambahkan lagi rasa takut kedalam hati manusia. Qatadah berkata, ” Lalu mereka (jin) menambahkan rasa takut itu dosa dan dengan demikian jin tersebut bertambah berani kepada mereka”.

Nabi SAW pernah mencegah seorang sahabat  mengucapkan , “Nafsasy-syaitan”.(kejadian itu disebabkan oleh perbuatan syaitan) selepas Beliau terjatuh dari keledainya.

“maka jgnlah kami berkata, musibah itu(atau semua penyakit) dikeranakan oleh jin/syaitan, karena apabila engkau mengucapkan ‘Nafsasy-syaitan’, maka ia akan semakin bertambah besar. Dan syaitan akan berkata, “Dengan kekuatanku, aku dapat membanting(menimpakan demikian ke atasnya).”

“Akan tetapi apabila engkau mengucapkan Bismillah(boleh juga diucapkan MasyaAllah, Subhanallah-pen.) pastilah dia akan menjadi semakin kecil iaitu sebesar lalat.”

Wallahu a’lam..



sumber :  www.tipscaraterbaik.com / www.infometafisik.com 

Selasa, 21 Januari 2014

Kisah Nabi Khidir Berumur Panjang & Iskandar Zulkarnain














Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra.
Kisah bermula dari Raja Iskandar Zulkarnain yang di benua barat disebut The Great Alexander (Iskandar yang Agung). Sebutan The Great diberikan kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena beliau adalah seorang Kaisar (maharaja) yang mampu menaklukkan dunia belahan barat dan timur. Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada jamannya. Namun beliau tetap tidak sombong dan selalu beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Pada tahun 322 SM, Iskandar Zulkarnain berjalan diatas bumi menuju ke tepi bumi. Tepi bumi ini sebutan orang pada jaman itu, sebelum Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492, pada saat itu anggapan semua orang bahwa bumi ini tidak bulat.
Iskandar Zulkarnain menuju tepi bumi tersebut ditemani oleh seorang Malaikat yang bernama Rafa’il, atas perintah dari Allah swt.

Ditengah perjalanan, mereka berbincang dan Raja Iskandar Zulkarnain bertanya kepada Malaikat Rafa’il, “Wahai Malaikat Rafa’il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit?!”

Malaikat Rafa’il menjawab, “Ibadah para malaikat di langit diantaranya ada yang berdiri terus-menerus tidak mengangkat kepalanya, ada yang sujud tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya”.

Mendengar keterangan itu, Iskandar Zulkarnain tercengang dan tercenung, dalam benaknya timbul keinginan bisa melakukan hal yang sama seperti para malaikat, niatnya hanya satu agar dapat beribadat kepada Allah selama-lamanya.

Kemudian raja Iskandar berkata, “alangkah senangnya seandainya aku bisa hidup bertahun-tahun dalam beribadat kepada Allah”.

Lalu Malaikat Rafa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air di bumi, namanya Ainul Hayat yang artinya Sumber Air Hidup, maka barangsiapa yang meminumnya seteguk, maka orang itu tidak akan mati sampai hari kiamat atau sampai dia memohon sendiri buat kematiannya kepada Allah swt”.

Kemudian Raja bertanya lagi, “Wahai Malaikat Rafa’il, apakah anda tahu dimana gerangan keberadaan Ainul Hayat tersebut?”.

Malaikat Rafa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di bagian bumi yang gelap”.


Setelah Raja mendengar keterangan tersebut, segera Raja mengumpulkan para ‘Alim Ulama pada jaman itu untuk mendiskusikan tentang keberadaan Ainul Hayat. Sehingga salah seorang dari ‘alim ulama itu pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah membaca didalam wasiatnya Nabi Adam as, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap”.

“Dimanakah tempat bumi gelap itu?” tanya Raja Iskandar Zulkarnain.

‘Alim Ulama itu pun menjawab, “yaitu ditempat keluarnya matahari”.

Kemudian Raja Iskandar pun bersiap-siap untuk mendatangi tempat tersebut dengan menyiapkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan karena kuda betina perawan adalah jenis kuda yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap. Lalu Raja memilih diantara tentaranya dengan membawa 6.000 orang tentara terpilih yang cendekiawan dan ahli mencambuk, yang salah seorang diantara tentara-tentara tersebut adalah Nabi Khidir as yang pada saat itu menjabat sebagai perdana menteri.

Kemudian berjalanlah mereka dengan Nabi Khidir as berjalan di depan pasukan-pasukannya sebagai pimpinan rombongan besar.

Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah, bahwa Nabi Khidir as adalah anak dari bibi Raja Iskandar Zulkarnain.

Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam perjalanan bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bahkan seperti gelapnya waktu malam.

Kemudian seorang tentara yang cendekiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap tersebut dan tentara-tentaranya berkata pula kepada Raja, “Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini, karena tempat ini adalah sangat berbahaya sekali”.

Raja pun berkata, “Namun, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak!!”. 
Kemudian ketika Raja hendak masuk ke area gelap itu, maka mereka semua membiarkannya. Siapakah yang berani membantah perintah maharaja yang disegani di dunia barat dan timur.

Kemudian Raja memberikan perintah penting kepada seluruh tentara pengikutnya, “Diamlah dan tunggulah kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa kembali datang kepada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan kesetiaan kalian termasuk baik dan mendapat pahala dari Allah swt dan jika aku tidak bisa kembali datang sampai 12 tahun kemudian, maka pulanglah kembali ke negeri kalian!”.

Sebelum memasuki tempat yang gelap tersebut, kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rafa’il, 
“Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita dibelakang sana?”.
“Tidak bisa kelihatan”, jawab Malaikat Rafa’il, “akan tetapi aku memberimu sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan-kawan anda akan mengetahui bahwa anda tersesat di dalam tempat gelap tersebut”.

Kemudian Raja Iskandar Zulkarnain mulai memasuki area gelap tersebut dengan memerintahkan Nabi Khidir as untuk menemaninya bersama beberapa tentara yang ikut masuk dan yang lainnya lagi menunggu di tepi luar area gelap tersebut.

Pada saat mereka berjalan pada tempat gelap tersebut, maka Allah memberi wahyu kepada Nabi Khidir : “Wahai Khidir, bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu letaknya berada disebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu!”.

Setelah Nabi Khidir menerima wahyu Allah tersebut, maka beliau berkata kepada pasukannya, “berhentilah kalian di tempat ini dan janganlah kalian meninggalkan tempat ini sebelum aku datang kembali kesini !”.

Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang menjadi misteri itu. Kemudian Nabi Khidir as turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (Sumber Air Hidup) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air hidup tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu.

Setelah beliau mandi dan meminum Ainul Hayat tersebut kemudian beliau keluar dan segera menemui Raja Iskandar Zulkarnain yang pada saat itu Raja tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi terhadap Nabi Khidir as.

Demikianlah sesungguhnya yang bermaksud mencari Ainul Hayat adalah Raja Iskandar Zulkarnain, namun Allah berkehendak lain, karena yang mendapat anugerah untuk hidup selamanya adalah Nabi Khidir as.

Dan Raja Iskandar Zulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap tersebut selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja bumi tiba-tiba berwarna merah dan terdengar suara gemericik dibawah kaki kuda.

Tanya Raja kepada Malaikat Rafa’il, “suara apakah ini yang bergemericik dibawah kaki kuda?”.

Malaikat Rafa’il menjawab, “Gemericik ini adalah suara benda-benda, apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga”.

Suara gemericik itu membuat orang-orang termasuk Raja menjadi penasaran, benda-benda tersebut tidak bisa terlihat karena gelapnya tempat tersebut. Namun semua orang ragu-ragu dalam menentukan sikap, mengambil benda-benda itu atau tidak?
Kemudian sebagian pasukan ada yang mengambil benda-benda itu namun hanya sedikit dan sebagian yang lain tidak ikut mengambil benda-benda tersebut. Setelah mereka keluar dari tempat gelap tersebut, ternyata benda-benda tersebut adalah permata yaqut yang berwarna merah dan zamrud yang berwarna hijau. Maka menyesallah pasukan yang mengambil benda-benda itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan yang tidak mengambilnya, pasti lebih menyesal lagi, kenapa mereka bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.

Demikianlah kisah Nabi Khidir bisa berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir bisa berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa as, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dan bahkan pernah berguru ilmu fiqih kepada Imam Abu Hanifah.

Setelah berguru kepada Imam Abu Hanifah, beliau mengajarkan ilmunya kepada Abul Qasim Al Qusyairi, sang jenius yang pernah menulis seribu kitab.



sumber : http://hakiembunitas.blogspot.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...