Jumat, 13 Juni 2014

Rindu Nabi Muhammad Kepada Umatnya

Begini Kerinduan Nabi Muhammad Kepada Umatnya








Rindu Nabi Muhammad Kepada Umatnya - Pernahkah kita merasa rindu pada junjungan agung Muhammad saw. Pernahkah pula kita terfikir beliau amat merindui kita sejak dulu, kini dan selama-lamanya.
Kurangnya rindu kita, karena kurangnya ilmu kita akan qisah kemuliaan akhlaq Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam, yang mana zaman sekarang anak-anak dialihkan pandanganya untuk mengidolakan seseorang jagoan yang diangkat oleh sutradara film.


Ingatlah bahawa cintanya dan rindunya baginda Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam pada kita semua tidak pernah hilang walaupun ketika ia dipanggil menemui Allah pada penghunjung hayatnya, tetap dibibirnya mengucap dan mengenang kita semua dengan kalimah “Umati..Umati” atau “Umatku..Umatku..” . Begitulah gambaran hebatnya rindu Rasulullah saw pada kita semua.
Di kisahkan pada suatu hari ketika Rasulullah saw bersama-sama sahabatnya seraya baginda bertanya kepada mereka :
“Siapakah yang paling menakjubkan imannya?” tanya Rasulullah. “Malaikat,” jawab sahabat. “Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa dengan Allah,” jelas Rasulullah.Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, “Para nabi.””Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.””Mungkin kami,” jawab seorang sahabat.”Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kau,” balas Rasulullah menyangkal hujah sahabatnya itu.”Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih mengetahui,” jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.”Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Beruntunglah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan beruntunglah orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku (rasulullah mengatakanya sampai 7 kali)” jelas Rasulullah.

Suasana di majlis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Saidina Abu Bakar.Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan demikian. Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang berubah warna. “Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? ” Saidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.”Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku (yang kemuliaanya jauh lebih utama) tetapi bukan saudara-saudara (yang) ku (maksudkan),” suara Rasulullah bernada rendah (karena ingin berbagi kasih dengan umatnya yang hidup setelah para sahabat).”Kami juga saudara-saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian baginda bersuara, “Saudara (yang) ku (maksudkan) ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai utusan Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka.”

“Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan (al-Quran) dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu (al-Quran). Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu ” ucap Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam.

Rasulullah membagi kasih dan kecintanya keseluruh umatnya, walau mereka di akhir zaman dan belum sempat melihatnya di dunia.
Shollu ala Sayyidina Muhammad........
Kisah ini ku ambil dari Kitab Tafsir ad-Durul Mantsur Imam Suyuthi surah al-baqarah dan Kitab Musnad Imam Ahmad no 17017 dan Sunan ad-Darimi no 2744 dengan alih bahasa dari saudaraku.(http://al-syahbana.blogspot.com) 

Wallahu A'lam.




Burung yang Mengadu Pada Nabi Muhammad

Burung yang Mengadu Pada Nabi Muhammad






Burung yang Mengadu Pada Nabi Muhammad
 - Suatu hari tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perjalanan bersama para sahabat, maka di saat itu ada seekor burung berkicau di atas kepala beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa henti.

Kemudian salah seorang sahabat menangkap dan menyingkirkan burung itu karena terus berkicau di atas kepala Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memahami kicauan burung tersebut, dimana burung itu mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa telur-telur burung itu telah diambil.

Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berkata : "Siapa yang telah mengagetkan burung itu dengan mengambil telurnya?",

salah seorang sahabat menjawab : "Akulah yang sudah mengambilnya wahai Rasulullah”,

kemudian beliau meminta untuk mengembalikannya.

Tentunya diperbolehkan mengambil telur burung, namun karena burung tersebut mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga sekedar mengagetkan burung pun beliau larang apalagi dengan mengambil telur-telurnya. Sehingga hewan pun mengetahui kelembutan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang memberi kasih sayang dan perhatian kepadanya, maka terlebih lagi kasih sayang dan perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diberikan kepada umat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. wallahu a'lam



Sumber rujukan : Kitab Adaabul Mufrad Al Imam Bukhari/al-syahbana.blogspot.com

Kamis, 12 Juni 2014

Ketika Perut Nabi Muhammad Berbunyi

Ketika Perut Nabi Muhammad Berbunyi








Ketika Perut Nabi Muhammad Berbunyi - Suatu ketika Rasulullah SAW menjadi imam shalat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit?” Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.” 



Mendengar jawaban ini Sahabat Umar melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali Anda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…”

Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.

Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila Anda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?”

Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. Tetapi apakah yang akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?”

Para sahabat hanya tertegun. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.” dkt/al-syahbana.blogspot.com


Subhanallah...






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...