Kamis, 18 Desember 2014

Peta Dunia Jika Semua Es Bumi Mencair



Es disekitar kutub utara dan kutub selatan membentuk 10 persen dari seluruh permukaan planet kita, dan bumi diperkirakan berisi lima juta mil kubik air beku – jadi apa yang akan terjadi jika semua es yang ada di bumi mencair?

Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru, National Geographic telah menciptakan serangkaian peta interaktif yang menunjukkan bencana apa yang akan terjadi jika semua es yang ada di bumi mencair dan mengalir ke samudera dan lautan.
Pencairan seluruh es yang ada di bumi dapat menyebabkan permukaan air laut naik 65,8 meter, menenggelamkan kota-kota, bahkan negara-negara dan secara drastis mengubah bagaimana benua dan garis pantai terlihat serta memusnahkan seluruh populasi.

Jika es mencair, seluruh dunia akan terpengaruh. Di Eropa, kota-kota termasuk London dan Venesia akan hilang di bawah air, demikian juga seluruh negara Belanda dan sebagian besar Denmark. Hal ini juga akan menyebabkan laut Mediterania meluas dan membengkakkan laut Hitam dan laut Kaspia.


Para ilmuwan percaya bahwa akan memakan waktu sekitar 5.000 tahun untuk suhu agar naik cukup signifikan untuk melelehkan semua es di planet ini, tapi dengan pemanasan global yang terjadi, kita sudah melihat awal dari bencana ini.
Selama satu abad ini, laporan menunjukkan bahwa suhu bumi telah meningkat sekitar setengah derajat Celcius dan menurut US Environmental Protection Agency ( EPA ), ini telah menyebabkan permukaan air laut naik sekitar tujuh inci.
Konsentrasi terbesar es di Bumi ditemukan di Greenland dan Antartika tetapi juga ditemukan pada puncak gunung dan di daerah lain.
Lapisan es di Antartika timur misalnya, begitu besar dan mengandung sekitar 80 persen dari semua es yang ada di planet ini dan ukurannya telah terlindungi sejak periode pemanasan terakhir dalam sejarah Bumi.
Yaitu saat zaman Eosen – periode suhu global meningkat yang berlangsung 55,8 ± 0,2 hingga 33,9 ± 0,1 juta tahun yang lalu.
Selama periode waktu ini, sedikit atau tidak ada es hadir di bumi dan hanya ada sedikit perbedaan suhu di khatulistiwa dibandingkan dengan kutub.
Pemanasan laut sudah melelehkan lapisan es mengambang di barat Antartika dan sejak tahun 1992, National Geographic melaporkan lapisan es ini telah kehilangan sekitar 65 juta metrik ton es setiap tahun.
Lapisan es di Greenland dan Antartika barat telah menyusut secara signifikan selama Zaman Eosen terakhir dan jika temperatur meningkat dengan cara yang sama lagi, lapisan es di daerah ini bisa menghilang ke laut sepenuhnya.
Terakhir kali Bumi dalam keadaan bebas es adalah 34 juta tahun yang lalu selama zaman Eosen. Jika hal ini terjadi lagi, seluruh pesisir Atlantik di AS akan lenyap, memusnahkan Florida dan Gulf Coast. Sementara bukit di San Francisco akan menjadi pulau dan San Diego akan hilang selamanya.
Di Eropa, kota-kota termasuk London dan Venice akan hilang di bawah air, seperti yang akan terjadi di seluruh Belanda dan sebagian besar Denmark.
EPA mengklaim bahwa pengurangan es keseluruhan tergantung pada beberapa faktor , termasuk peningkatan gas rumah kaca dan bagaimana suhu global bereaksi terhadap peningkatan gas tersebut.

Konsentrasi terbesar es di Bumi ditemukan di Greenland dan Antartika. Pemanasan laut sudah melelehkan lapisan es yang mengambang di barat Antartika dan sejak tahun 1992, National Geographic melaporkan bahwa sekitar 65 juta metrik ton lapisan es mencair setiap tahun.


Kenaikan gas rumah kaca dapat disebabkan oleh manusia. National Geographic menjelaskan: “Jika kita membakar seluruh pasokan batu bara, minyak, dan gas yang ada di bumi, yang artinya menambahkan sekitar lima triliun ton lebih karbon ke atmosfer, maka kita akan membuat planet ini menjadi sangat panas dengan suhu rata-rata 26,6 derajat Celcius, jauh diatasn suhu rata-rata saat ini yang hanya 14,4 derajat Celcius. Tingginya Temperatur seperti itu akan menjadi terlalu panas bagi manusia.
Ini akan membuat Bumi bebas es untuk pertama kalinya sejak 34 juta tahun terakhir.
Jika hal ini terjadi , seluruh pesisir Atlantik di AS akan lenyap, memusnahkan Florida dan Gulf Coast. Sementara bukit di San Francisco akan menjadi pulau dan San Diego akan hilang selamanya.

Di timur, Sebagian Asia termasuk Cina dan Bangladesh akan benar-benar mengalami banjir besar, memusnahkan sekitar 760 juta orang berdasarkan jumlah penduduk pesisir. Penduduk India juga akan berkurang.


Sedangkan di Amerika Selatan, Amazon Basin dan Paraguay akan menjadi Atlantik inlet dan ini akan menghapus Buenos Aires, Uruguay pesisir, dan beberapa daerah Paraguay.

Amerika Selatan


Satu-satunya daerah yang akan bertahan adalah pegunungan yang membentang di sepanjang pantai Karibia dan Amerika Tengah.
Benua lainnya juga akan terpengaruh dan tetap mengalami perubahan garis pantai.
Di timur, sebagian Asia, termasuk China dan Bangladesh akan benar-benar banjir , memusnahkan sekitar 760 individu juta berdasarkan tingkat populasi saat ini. Bagian dari garis pantai India juga akan hilang dan terkikis pedalaman.

Afrika


Di Afrika, misalnya Mesir, Alexandria dan Kairo akan banjir tapi benua tidak akan kehilangan banyak lahannya jika permukaan laut meningkat. Namun National Geographic mengklaim bahwa meningkatnya temperatur bumi mungkin akan membuat sebagian besar daratan tak dapat dihuni oleh manusia.
Australia akan mendapatkan laut pedalaman (laut di tengah daratan) yang baru, tapi australia juga akan kehilangan banyak daerah pesisir saat ini, tempat di mana empat dari lima warga Australia tinggal.

Nah, Bagaimana dengan Indonesia? Lihatlah Petanya dibawah ini:

Tampak bahwa pesisir timur Sumatera seperti Riau, Jambi dan sebagian Palembang, Lampung akan terendam. Demikian juga sebagian kecil Pesisir barat Sumatera, menyisakan hanya daerah bukit barisan dan yang masih berupa daratan. Demikian Juga pulau Jawa. Jakarta, Semarang, Yogya, Surabaya pun akan tenggelam.
Sebagian besar selatan Kalimantan juga tenggelam bersama dengan sebagian besar selatan pulau Papua. Sulawesi pun akan terputus antara tengah dan utara.




source>>terselubung.in

Selasa, 16 Desember 2014

Garam dan Telaga


   
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.





source: virouz007.wordpress.com/Gbr : lintasponorogo.blogspot.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...